kamu yang aku tidak mengerti
Nama
gue, Aullia, di tahun terakhir gue SMP ini, rasanya, *demdemdem ah, pasti kece
gue pake rok abu-abu :-* UN Alhamdulillah udah gue jalanin dengan beres… dan
gue juga udah nerima NEM gue yang rata-ratanya hampir Sembilan. Ya, gue lebih
seneng nyebut gitu dari pada nyebut ‘’rata-ratanya delapan lebih’’
Dan,
Alhamdulillah juga gue bisa masuk SMA favorit dekat dengan rumah gue. Ahgila,
hidup gue emang komplit! Gue sekolah di SMA 8.
Gue
udah planning dari awal buat ikutan ekskul basket.Serius, jangan bilang gue
ikutan basket cuma karena basket itu ngetren-terus gue pengen numpang kece. Ah
enggak-enggak, salah besar.
Basket.The
most one, of course, basket itu menghasilkan banyak keringat.Di berat gue yang
kurang ideal ini gue mau dong ngurusin badan?Biar lebih kece.Akakakak. Kedua,
gue mau aktif, gue pernah ngerasain jadi orang pasif, gak enak banget! disaat
lo mau ngelakuin sesuatu tapi gak tau kenapa psikis kita tuh nahan untuk gak
ngelakuin itu, rese kan! Ketiga, kakek gue pernah nanya “kamu gak ikut olahraga
apa gitu dek?’’ saat itu kami lagi nonton Indonesia Open. Gak salah kan, kalau
gue nunjukkin ke kakek gue, kalau gue punya kemampuan, gue gak lemah.
So,
basket, okelah ya…
Hari
ini gue ngedatengin hari pertama ekskul gue.Hm… pergaulan gue harus bagus
disini, gaada waktu untuk jadi pendiam.
Gue datang dengan pakaian ala kadarnya. Kaus
panjang berwarna biru laut dengan sedikit sablonan, celana trening berwarna
hitam polos dengan dua garis di samping kanan-kiri. Ditambah sepatu kets
berwarna putih yang baru aja gue beli setelah membujuk ibu mati-matian.
Gue datang dengan sikap layaknya junior. Tidak
membusungkan dada dan sedikit menunduk. Lapangan basket outdoor yang memiliki
luas 19 * 16 ini ternyata cukup luas, dengan dua pasang ring yang membelah
lapangan menjadi dua lapangan basket.
Seorang guru laki-laki duduk diatas kursi yang
memiliki sandaran dan empat roda yang bercabang dari leher kursi. Seorang
laki-laki duduk diatas bangku semen yang sengaja dibuat disana. Mereka terlihat
sangat akrab.
Tidak
berapa lama kemudian guru yang baru gue tahu namanya Pak Dedi, setelah beliau
mengenalkan diri, tentunya.Mengajak kami untuk duduk melingkar di atas lapangan
beralas semen ini.Beliau mengajarkan dasar-dasar basket dan gue perhatiin
dengan amat sangat. Lalu beliau mengajak kami untuk
bermain. Cewek-cowok digabung. Dalam satu tim terdapat dua cowok dan tiga
cewek.
Gue
satu tim dengan kakak kelas yang tadi dekat dengan Pak Dedi, namanya Gino. Gue
perhatiin tatapan dia ketus, ketus banget. Ah, kenapa gue setim sama dia sih?!
Hap!
Gue dapet bola dari Vivi, oh no! gue harus ngapain? Ngedrible? Gue gak jago
ngedrible serius!
‘’Bawa
woy… jangan diem aja…’’ teriak Gino di ujung sana. Gue mengerutkan kening. Tuh,
dari awal, gue ngerasain aura dia aja udah gak suka! Jadi karena gue kesel sama
nada suara dia yang sama sekali gak ngenakin. Gue lempar asal. Gue lupa siapa
tim gue, selain Nasti kakak kelas yang gue kenal,Vivi teman sekelas gue, sama Gino rese itu! Satu orang lagi, siapa? gue lupa.
‘’Bodoh,
kenapa lo ngasih ke dia?!’’ katanya tajam saat berlari disamping gue.Gue
menghentak bumi. Sebel!
‘’Lo
travelling bodoh! Kenapa masih dilanjutin!’’ katanya, sangat tajam, lebih dari
silet.Dan kami pun kena hukuman.Yang gue tau, kalo itu di bola, di sebut dengan
‘tendangan bebas’.
Lama-lama
gue gak sabar.Udah berapa kali dia bilang gue bodoh?!Dalam beberapa menit
doang. WTF!
‘’Buat
apa lo masuk ekskul basket kalo lo aja gak bisa ngedrible!’’ katanya saat
pemain lawan kembali ke tempat setelah menjebol abis-abisan ‘gawang’ kami.
‘’Gue
ikut ekskul basket ya buat belajar! Bukan buat mamerin kemampuan basket kayak
lo!’’ bales gue berapi-api. Gue gak peduli lagi apa jabatan gue disini dan apa jabatan
dia disini. Darah naik ke ubun-ubun.
‘’Kemampuan?’’
dia mendengus ‘’yaiyalah lo gak nunjukin kemampuan lo, kemampuan aja lo gak
punya’’ dia geleng-geleng kepala dan mendengus.
Vivi menatap gue tajam, memberi sebuah isyarat
agar gue lebih bersabar. Dan ingat satu hal, jabatan gue Cuma sebagai anak baru
disini. Gue memutar bola mata dan memandang kearah lain. Menghembuskan nafas
berkali-kali, berharap kadar emosi gue menurun.
Sumpah,
gue benci banget sama Gino, gak, gue gak sudi manggil dia kakak. Di permainan
basket yang selanjutnya dia tetep nyebelin, dia gak pernah ngoper bola ke gue.
Kak Nasti negur dia, dan dia bilang “percuma Nas, anak payah itu gak bisa
ngedrible’’ di depan mata gue! WTF!
Setiap
di sekolah waktu istirahat atau apapun saat bertemu dia, bertatap mata,
bahkan.Dia gak negur gue.Gak, gue gak berharap dia tegur.Dan nyatanya dia Cuma
buang muka atau natap gue remeh. Gue mau nunjukkin ke dia kalau gue gak payah
dan paling utama gue GAK BODOH!
Di
suatu hari, gue pulang sekolah, dan latihan basket mati-matian. Gue minta izin
sama kakak kelas yang lagi main basket disitu untuk memakai salah satu ringnya.
Dari sekolah rame sampai sepi.Dan baru gue sadari ada seseorang yang duduk di
lantai lapangan, bersandar di bangku semen itu.Gino.Gue gak peduli makhluk
asing itu disana. Sampai pada akhirnya dia ngajarin gue cara ngedrible, slam
dunk, dan ngasih tau beberapa pelanggaran di basket. Dia ngajarin ke gue udah
seperti bikin tutorial. Ah, bagaimanapun juga gue saat itu mengucapkan terima
kasih yang dia balas dengan anggukan kecil.
Oya,
gue juga ikut OSIS, gue jadi sekertaris, udah gue bilangkan, gue gak mau pasif,
gue mau berguna. Saat itu hujan deras, gue lupa bawa payung, dan gue pun harus
foto copy data. Tukang foto copy nya di seberang gerbang sekolah. Yang artinya
gue harus menerobos hujan.
‘’Lia!’’
panggil seseorang yang sudah mulai gue kenal suaranya, Gino.‘’lo mau kemana?’’
tanyanya melihat tempat file plastik yang berisi data-data di tangan gue.
‘’Mau
foto copy di depan, kenapa?’’
‘’Lo
bodoh ya? Lagi hujan deres juga! Sini gue aja yang foto copy in’’ dia berusaha
merebut folder itu, gue menepis tangannya.
‘’Ini
tugas gue, gue gak mau nyerahin tanggung jawab gitu aja’’
‘’Ya
tapi hujan, bodoh!’’
‘’Ya
terserah gue!’’ gue mulai naik pitam. Tanpa diaba-aba gue yang baru saja akan
melangkahkan kaki dan menerobos hujan malah ditarik oleh tangan besar Gino.
‘’apaan sih!’’ teriak gue dan dia Cuma diem, kami ke kelas XI IPA 2.
‘’Gisel’’
panggilnya ke seseorang didalam sana. Yang dipanggil dengan senang hati
mendekati Gino, ah cewek itu suka sama Gino. ‘’lo bawa payung?’’ yang ditanya
menjawab dengan wajah aneh melihat tangan besar itu berpegangan dengan tangan
lain. ‘’bawa’’ jawab cewek itu dan yang gue tau dia langsung ngambil payung dan
nyerahin ke Gino, sama halnya dia nyerahin gitu aja hatinya ke Gino.
Dan
yang gue tau sekarang, gue sama Gino menerobos derasnya hujan berdua dengan
payung yang tidak menutupi kepala kami dengan baik. Lebih tepatnya, kepala
Gino.
‘’Lo
bodoh ya! Buat apa lo nganterin gue, pada akhirnya lo basah gitu? Payungnya di
ke lo in dikit lagi, gue basah dikit juga gapapa’’ kata gue, lega juga bisa
bilang dia bodoh.
‘’Udah
diem aja’’ suaranya tertimbun berisiknya derai hujan.
‘’Lo
kok bodoh baget sih! Kan jadinya kepala lo-‘’
‘’Cepetan
deh foto copy sana!’’ dia mengacak rambut cepaknya yang menyipratkan air hujan.
‘’Ish!’’
gue hendak mendekati abang-abang tukang foto copy namun baru menyadari tangan
besar itu belum lepas dari genggaman.Aullia menatap tangan mereka yang saling berpegangan,
Gino menatap sesaat dan sama-sama baru menyadari. Lalu ia melepas pegangan
tangan itu.
---
Kebesokkannya,
saat ekskul basket Gino tidak datang, dengar dari Yoga, teman
dekat Gino yang ternyata saat itu dia yang setim dengan Aullia.Yoga mengabarkan
Gino sedang sakit.Gue gak enak dong, itu pasti salah gue.Gue nyari tau alamat
dia. Gue datang ke rumahnya.Dan gue melihat Gino tersenyum manis-senyum yang
belum pernah gue lihat.Disampingnya ada cewek berambut lurus sebahu, Gisel.
Gue
merasakan sesuatu yang sakit, di dalam sini, dalam hati gue.
-bersambung-
(beri
komentar ya kawla muda...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar