My crush
Dian,
itu nama yang ortu gue berikan ke gue. Yang entah apa artinya, tapi gue yakin
mengandung sebuah do’a yang mereka selipkan dalam nama gue.
Kakak
kelas itu.Dimas.Dia sosok yang entah mengapa membuat gue tertarik layaknya gue
seonggok besi.Dan dia magnet yang biasa di jual abang-abang.Sesuatu yang jika
didekatkan membuat gue tertarik.
Gak.
Gue gak dekat sama dia, bahkan gue yakin dia gak kenal gue. Semuanya berawal
ketika gue sedang melaksanakan yang namanya ‘’Ulangan Semester 1” saat itu
ruangan Dimas di samping ruangan gue.Otomatis gue sering melihat dia,
setidaknya selama seminggu itu.
Di
hari-hari selanjutnya gue sering melihat dia, gue bingung, kenapa sering! Dan
dengan ekor mata gue diam-diam memperhatikan dia. Kalaupun kami bertemu
pandang, seringkali gue memasang innocent face gue yang terbaik.
---
Entah,
ide gila dari mana, gue ngasih dia sebuah sapu tangan yang dibordir nama
lengkapnya disana. Ahgila, ya gak mungkinlah gue ngasih langsung.Pastinya, gue
ngasih lewat perantara.
Gue
akuin itu emang salah satu modus.Hihihi.Gue menaruh selembar kertas disana
dengan kalimat yang kalian tidak perlu tahu.Dan serentet angka nomor telepon
gue.
Sekitar seminggu bungkusan itu baru sampai
ditangannya. Dan setelah dia membuka kado
itu.Dia mengirim gue sebuah pesan.Ucapan terimakasih.
Gue
syok dan sialnya saat itu gue gak ada pulsa.Gue panik.Gue juga bingung, kenapa
gue harus panik?!Dan akhirnya gue mendapatkan pulsa setelah berjam-jam gue
minta pulsa ke ibu gue.
Gue
balas.Kita saling merespon pesan.Hingga akhirnya dia menanyakan identitas
gue.Saat itu gue gak mau ngasih identitas gue karena gue belum siap. Hingga
lima hari kemudian gue baru ngasih identitas gue via twitter. Direct message
pastinya. Dan keselanjutannya gue berkomunikasi lewat sms ataupun mention
sekali duakali. Yang rata-rata isinya pertanyaan monoton dari gue.
Hingga
pada akhirnya jenuh menghampiri gue.Alih-alih hubungan kita yang semakin akrab
dan hangat, gue sering mengirim pesan yang setelah gue baca kembali itu membuat
diri gue malu sendiri.Siapa sih Dian?Siapa?gue gak kenal!
Dan
pada akhirnya gue memutuskan tidak mengirim pesan apapun lagi ke dia. Hingga
suatu hari dia mengirim pesan yang gue yakin dia mengirim pesan itu ke semua
kontak di hapenya. Dan gue sedikit syok sih, ternyata dia masih inget sama gue,
tetapi sepertinya kadar ‘kesukaan’ gue ke dia sudah menurun.
Tidak
semudah yang lo bayangin, sebelum-sebelumnya gue masih mengirim pesan dan
ngestalk twitter dia walaupun gue udah berjanji pada diri gue untuk move on.
Saat
kadar ‘kesukaan’ itu sudah menurun bahkan mungkin hanya tertinggal sebercak
saja. Gue memutuskan untuk tidak memutus silaturahmi ke dia, dengan sering
mengirim pesan, tidak lagi monoton untuk sekarang. Tetapi sayang, kadar rasa
itu sudah tidak lagi sebercakpun.
Berbagi
pengalaman.Hanya itu yang kami lakukan.Dengan sebuah pesan singkat melalui
gelombang di udara.Bagi gue dengan banyaknya orang yang kita kenal itu dapat
menemukan kita pada sebuah pengalaman hidup yang tidak dapat dibeli semahal
apapun.Dan mungkin dapat mengantarkan kita kepada sebuah takdir, maybe.
Satu
pelajaran yang bisa gue dapet, jangan baru mendekatinya ketika kita baru
memiliki suatu perasaan kepadanya.Tapi mungkin, bisa dengan dekat dengan si
dia, lalu mulai menyukainya. It’s better.
Karena
saat kita menyukai seseorang. Naluri ilmiah yang membuat seseorang selalu ingin
tampil perfect di depan pujaan hatinya. Namun ketika kita belum memiliki
perasaan dengan seseorang kita dapat melakukan suatu hal yang menunjukkan diri
kita sebenarnya, tanpa berusaha untuk perfect.Dan, menyukai seseorang setelah
lebih mengenalnya terasa lebih nyata dibanding menyukainya hanya dengan satu
kedipan mata.
(Please
write your comment kawla muda….)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar