Senin, 23 September 2013

Loving part 1

Di dalam bumi yang terus berputar pada porosnya. Di tengah udara pagi yang sejuk. Di bawah sinar matahari yang bertugas menerangi bumi. Sesosok perempuan duduk termangu menatap handphonenya. Tersenyum malu-malu, menikmati panas yang menjalar dan detak jantung yang terlalu cepat.
Satu buah pesan mengetuk handphonenya. Membuka pesan baru dan kembali tersenyum, kini lebih lebar dari sebelumnya. Alih-alih membalas pesan Dini menjatuhkan handphone ke atas kasur yang langsung memantul dengan ketinggian yang tidak seberapa.
Memilah-milah baju yang dapat membuatnya nyaman. Mengambil lalu kembali menaruhnya. Hingga menjatuhkan pilihan yang tepat. Memakai pakaian yang telah ia pilih. Lalu segera membiarkan cermin memperlihatkan sesosok perempuan dengan rambut digerai bebas menggunakan kaus biru langit dengan sablonan gambar abstrak di bagian tengah. Ditambah celana jeans hitam sebagai pasangan.
Tersenyum manis lalu menjentikkan jari. Puas dengan pakaian yang terlihat kasual dan membuatnya nyaman.
Pesan masuk.
Aku udah di depan rumah kamu.

Panas itu kembali menjalar hingga menyentuh ujung kaki. Sensasi yang sangat jarang ia rasakan kini kembali ia rasakan. Kembali melihat dirinya di depan cermin dan tersenyum.
Dini menuruni tangga dengan detak jantung tidak seperti biasanya yang terus menemani. Membuka pintu tanpa deritan. Kembali menutupnya. Mengambil sepatu crocs dan segera berjalan keluar.
Danang duduk di atas motor matic nya tepat di depan rumah Dini. Mereka yang langsung saling bertatapan. Menyapa dengan senyum. Danang segera menyalakan mesin motornya. Dengan diiringi kata “hai” Dini duduk di bagian belakang.
Mereka sampai di depan toko sport yang terlihat baru saja dibuka. Setelah parkir dan Dini yang tetap menunggu tanpa berniat masuk lebih dahulu. Danang jalan berdampingan dengan Dini. Danang yang memiliki tinggi sekitar sepuluh sentimeter lebih tinggi dari Dini membuat cewek itu merasa lebih teduh.
Setelah Danang mengatakan kalau kedatangan kami untuk membeli bola basket. Penjaga toko segera mempersilahkan kami untuk mendekati lemari kaca tempat bola basket itu dipajang.
Kesepakatan kami untuk patungan membeli bola basket. Tanpa sadar, melahirkan benda baru yang dapat menyimpan kenangan.
Seringkali lengan kami bersinggungan. Tidak ada rasa gemetar atau apapun. Hanya terasa sedikit detak jantung yang lebih cepat. Dan Dini merasakan sesuatu yang disebut nyaman. Tubuhnya yang tidak mengizinkan untuk lekas menjauh ketika lengan kami bersinggungan.
‘’Din, gimana main gitarnya udah bisa?’’ tanyanya ketika kami di atas motor untuk pulang.
‘’Belum’’ jawab Dini setelah berulang kali meminta Danang mengulang perkataannya. Suara deru motor dan suara yang tidak langsung berhadapan membuat suara Danang tidak terdengar dengan jelas.

Ini awal dari kisah kami yang ingin aku lanjutkan di lain waktu ketika kalian mulai penasaran.
Mengukir cinta baru di lembaran baru. Mengukir kenangan dan masa indah yang tidak pernah tau akan berujung seperti apa.
Tunggu kelanjutannya.


_bersambung_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar