Jumat, 06 September 2013

Cerpen Remaja

My crush

Dian, itu nama yang ortu gue berikan ke gue. Yang entah apa artinya, tapi gue yakin mengandung sebuah do’a yang mereka selipkan dalam nama gue.
Kakak kelas itu.Dimas.Dia sosok yang entah mengapa membuat gue tertarik layaknya gue seonggok besi.Dan dia magnet yang biasa di jual abang-abang.Sesuatu yang jika didekatkan membuat gue tertarik.
Gak. Gue gak dekat sama dia, bahkan gue yakin dia gak kenal gue. Semuanya berawal ketika gue sedang melaksanakan yang namanya ‘’Ulangan Semester 1” saat itu ruangan Dimas di samping ruangan gue.Otomatis gue sering melihat dia, setidaknya selama seminggu itu.
Di hari-hari selanjutnya gue sering melihat dia, gue bingung, kenapa sering! Dan dengan ekor mata gue diam-diam memperhatikan dia. Kalaupun kami bertemu pandang, seringkali gue memasang innocent face gue yang terbaik.
---
Entah, ide gila dari mana, gue ngasih dia sebuah sapu tangan yang dibordir nama lengkapnya disana. Ahgila, ya gak mungkinlah gue ngasih langsung.Pastinya, gue ngasih lewat perantara.
Gue akuin itu emang salah satu modus.Hihihi.Gue menaruh selembar kertas disana dengan kalimat yang kalian tidak perlu tahu.Dan serentet angka nomor telepon gue.
Sekitar seminggu bungkusan itu baru sampai ditangannya. Dan setelah dia membuka kado itu.Dia mengirim gue sebuah pesan.Ucapan terimakasih.
Gue syok dan sialnya saat itu gue gak ada pulsa.Gue panik.Gue juga bingung, kenapa gue harus panik?!Dan akhirnya gue mendapatkan pulsa setelah berjam-jam gue minta pulsa ke ibu gue.
Gue balas.Kita saling merespon pesan.Hingga akhirnya dia menanyakan identitas gue.Saat itu gue gak mau ngasih identitas gue karena gue belum siap. Hingga lima hari kemudian gue baru ngasih identitas gue via twitter. Direct message pastinya. Dan keselanjutannya gue berkomunikasi lewat sms ataupun mention sekali duakali. Yang rata-rata isinya pertanyaan monoton dari gue.
Hingga pada akhirnya jenuh menghampiri gue.Alih-alih hubungan kita yang semakin akrab dan hangat, gue sering mengirim pesan yang setelah gue baca kembali itu membuat diri gue malu sendiri.Siapa sih Dian?Siapa?gue gak kenal!
Dan pada akhirnya gue memutuskan tidak mengirim pesan apapun lagi ke dia. Hingga suatu hari dia mengirim pesan yang gue yakin dia mengirim pesan itu ke semua kontak di hapenya. Dan gue sedikit syok sih, ternyata dia masih inget sama gue, tetapi sepertinya kadar ‘kesukaan’ gue ke dia sudah menurun.
Tidak semudah yang lo bayangin, sebelum-sebelumnya gue masih mengirim pesan dan ngestalk twitter dia walaupun gue udah berjanji pada diri gue untuk move on.
Saat kadar ‘kesukaan’ itu sudah menurun bahkan mungkin hanya tertinggal sebercak saja. Gue memutuskan untuk tidak memutus silaturahmi ke dia, dengan sering mengirim pesan, tidak lagi monoton untuk sekarang. Tetapi sayang, kadar rasa itu sudah tidak lagi sebercakpun.
Berbagi pengalaman.Hanya itu yang kami lakukan.Dengan sebuah pesan singkat melalui gelombang di udara.Bagi gue dengan banyaknya orang yang kita kenal itu dapat menemukan kita pada sebuah pengalaman hidup yang tidak dapat dibeli semahal apapun.Dan mungkin dapat mengantarkan kita kepada sebuah takdir, maybe.
Satu pelajaran yang bisa gue dapet, jangan baru mendekatinya ketika kita baru memiliki suatu perasaan kepadanya.Tapi mungkin, bisa dengan dekat dengan si dia, lalu mulai menyukainya. It’s better.
Karena saat kita menyukai seseorang. Naluri ilmiah yang membuat seseorang selalu ingin tampil perfect di depan pujaan hatinya. Namun ketika kita belum memiliki perasaan dengan seseorang kita dapat melakukan suatu hal yang menunjukkan diri kita sebenarnya, tanpa berusaha untuk perfect.Dan, menyukai seseorang setelah lebih mengenalnya terasa lebih nyata dibanding menyukainya hanya dengan satu kedipan mata.

(Please write your comment kawla muda….)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar